DDU
(Dahsyat Dakwah Ukhuwah)
Dakwah
dan ukhuwah adalah dua hal yang tak boleh terpisah. Karena ia merupakan
kekuatan terbesar untuk menggerakkan roda perjuangan. Tak akan mampu dakwah ini
dijalankan hanya seorang diri. Sehingga ukhuwah menjadi suatu keniscayaan bagi
dakwah.
Itulah
mengapa Rasulullah saw ketika di Madinah memulai sejarah peradaban islam dengan
mempersaudarakan para sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Beliau sangat
paham bahwa misi menghapus kejahiliyahan dan menegakkan kalimat Tauhid adalah
tugas yang memerlukan tenaga ekstra. Akan banyak pertentangan dan perlawanan
yang diterima, maka membangun benteng ukhuwah yang kokoh sejak awal adalah
strategi jitu untuk mempertahankan konsistensi. Dan ukhuwah senantiasa
meleburkan segalanya sehingga timbul rasa saling memiliki, tak rela kehilangan
satu sama lain, dan itu semua memicu lahirnya kekuatan dahsyat.
Kekuatan
ini begitu tergambar dalam sengitnya perang badar. Peperangan yang tidak hanya
menguji fisik namun juga mental. Betapa tidak, dapat dibayangkan bagaimana
sulitnya berada di posisi yang sangat dilematis ketika itu, antara memilih
keluarga atau ALLAH dan Rasul-Nya yang telah terlanjur di taati sepenuhnya semenjak
hidayah itu menembus hati mereka satu persatu. Saat itu, seorang anak harus
rela membunuh ayah, paman dan saudara sedarah mereka. Namun, totalitas keimanan
membuat mereka tegar membersamai ALLAH, Rasul-Nya dan orang-orang beriman.
Ya,
persaudaraan karena iman telah mengalahkan persaudaraan sedarah sekalipun. Maka
inilah kekuatan dahsyat itu yang terus menyemangati jiwa-jiwa perindu tegaknya
Islam di muka bumi. Menyongsong kemenangan dakwah dengan kekuatan dahsyat
ukhuwah membuat perjalanan ini terasa indah. Karena kekuatan yang berbentuk
iman ini, bersumber dari Pemilik kekuatan Ter-Besar yang takkan terkalahkan.
Di
dalam Al-Qur’an yang mulia ALLAH SWT berfirman, “Dan ALLAH yang mempersatukan
hati para hamba beriman. Jikapun kau nafkahkan perbendaharaan bumi seluruhnya
untuk mengikat hati mereka, takkan bisa kau himpunkan hati mereka. Tetapi
ALLAH-lah yang telah menyatupadukan
mereka…” (Q.S. Al-Anfaal: 63)
Kunci
kekuatan ini sekali lagi adalah iman. Maka memelihara kestabilan iman menjadi
hal yang sangat urgen bagi para aktivis dakwah dalam mempertahankan kekuatan
dahsyat itu. Karena ukhuwah, senantiasa berbanding lurus dengan iman. Ketika
iman melemah maka tidak perlu heran jika ikatan ukhuwahpun merenggang dan
begitupun sebaliknya.
Kepada
para pelopor kebangkitan islam, khususnya ikhwah di MT An-Nahl, kita memang
tidak sehebat para sahabat dahulu, mereka memang generasi terbaik yang telah
menggoreskan tinta emas kemenangan islam. Namun ikhwah, kita tentu masih yakin
dengan janji ALLAH bahwa islam akan kembali jaya suatu saat nanti. Pastikan
bahwa kita termasuk di dalam orang-orang yang memiliki andil terhadap kejayaan
islam. Agar kita tidak malu ketika menghadap ALLAH di akhirat kelak dan bahkan
dengan PD (Percaya Diri) akan mengatakan pada-Nya bahwa kita telah
mempersembahkan usaha-usaha terbaik kita dalam menegakkan agama-Nya.
Memastikan
diri untuk tetap istiqomah di jalan indah ini adalah dengan tetap menjaga
ukhuwah islamiyah diantara kita. Kita membutuhkan saudara yang terus
mengingatkan dan menguatkan azzam yang suatu saat mungkin goyah, menyemangati
dikala jiwa lelah dan pasrah. Bahkan adanya saudara kita, semoga mengantarkan
pada keberuntungan yang dijanjikan ALLAH dalam surat Al-Ashr, yaitu mereka yang
beramal shaleh dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
Segala
perbedaan semoga tidak menjadi penghambat mengupayakan ukhuwah, namun berusaha
untuk meyocokkan ukuran-ukuran yang tidak sesuai sehingga dapat saling
melengkapi. Acuhkan keegoisan yang akan menghancurkan semangat kebersamaan.
Tetap teguh dan bersabar menjalani amanah dakwah ini, karena sabar sangat dekat
dengan kemenangan.
Semoga
kader MT An-Nahl semakin solid ^_^
(To
be continued…)
By:
Kasrina Nursyahraini (Co. Keputrian MT An-Nahl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar