Kamis, 14 Januari 2016


                                         
                                          (persiapan staffing majelis ta'lim an-nahl)

BERUKHUWAH MEMANG INDAH.. TAPI TAK SEKEDAR UKHUWAH INDAH.
MATARAM, 4 RABI'UL AKHIR 1437-Berukhuwah Islamiyah (Bersaudara dalam Islam) memang indah dan menjadi ungkapan yang mahal hari ini, tapi tak sekedar ukhuwah indah.. hingga terlupa hak-hak saudara, terlupa akan tergelincirnya hati yang lelah, banyak amanah dan melunturkan .azzam. (keinginan) untuk berdakwah. Dakwah yang tertegak atas cinta, yang terhubung oleh cinta dakwah, yang bersemi dengan persaudaraan karena Allah SWT, dan terikat kuat bila disatukan oleh aqidah yang direkatkan atas nama cinta pada Allah SWT. Dan atas nama cinta.. kupersembahkan untaian kata ini kepada saudara-saudariku tercinta, yang bergerak atas dasar cinta pada Allah SWT dan keikhlasan dalam meraih RidhoNya…UHIBBUKUM FILLAH.

Rabu, 09 September 2015

JANGAN SEDIH BERKEPANJANGAN !!!
 
''Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada diri sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS al-Hadiid: 22).

Pada suatu ketika Ibrahim bin Adham melihat seorang laki-laki yang sedang bersedih. Dia berkata kepada lelaki itu, "Wahai saudara, aku ingin menanyakan kepadamu tiga pertanyaan dan aku harap engkau menjawabnya." Lelaki itu menjawab, "Baiklah."

Ibrahim pun bertanya, "Apakah ada hal yang terjadi di alam ini yang tidak dikehendaki Allah?"
Lelaki itu menjawab, "Tentu tidak."
Ibrahim bertanya lagi, "Apakah rizkimu berkurang dari apa-apa yang telah Allah tetapkan kepadamu?"
Lelaki tersebut menjawab: "Tidak berkurang".
Ibrahim bertanya lagi, "Apakah akan berkurang suatu tempo waktu yang ditetapkan bagimu dalam kehidupan ini."
Sekali lagi dia menjawab, "Tidak."

Setelah terjawab ketiga pertanyaan itu, Ibrahim bin Adham berkata, "Kalau begitu mengapa engkau masih bersedih?"

Terkadang manusia dalam menjalani hidupnya tak selalu mendapatkan keinginan yang dicita-citakan. Rencana dan impian tertata apik terburai percuma, usaha keras sekuat tenaga pun seakan tak berdaya apa-apa, menyisakan kepingan-kepingan duka dan kekecewaan.

Banyak juga di antara manusia merasa hidup tak beruntung. Memiliki masa lalu kelam dan pengalaman pahit. Atau, setidaknya dalam perjalanan hidup kita, pernah mengalami masa yang menyesakkan dada, terhimpit beban berat, membuat kesedihan tak berujung. Misalnya bisnis yang merugi karena kesalahan mengambil keputusan, studi berantakan, keluarga broken home, himpitan ekonomi, bencana alam melanda, dan sebagainya.

Mengingat peristiwa lampau tersebut terkadang membuat orang tersebut merasa lemah, terus terbelenggu dan tak berdaya. Karena itu, Rasulullah melarang seseorang menyesali berlebihan dengan mengandai-andai.

Rasulullah bersabda, "Bersungguh-sungguhlah pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah serta jangan merasa lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan, 'Seandainya (tempo hari) aku melakukan ini, niscaya begini.' Katakanlah, 'Allah telah menakdirkan dan apa yang Allah kehendaki maka itu terjadi.' Sesungguhnya kata seandainya akan membuka pintu perbuatan setan." (HR. Bukhari).

Lebih jelas dalam surat at-Taubah ayat 51, Allah berfirman, "Katakanlah: 'Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal'."

Manusia itu begitu lemah. Segala marabahaya dan bencana, semuanya telah ditetapkan Allah sebelum penciptaan manusia. Dengan meyakini hal ini, semata-mata manusia akan merasa takjub pada kebesaran dan kekuasaan-Nya. Bukan berarti kemudian kita pasrah menyikapi bencana yang menimpa. Karena, kebahagian dan kesedihan yang datang silih berganti bukan tanpa suatu maksud. Namun, agar kita lebih bersyukur, berempati pada orang lain, meraup hikmah dan amal tiada terkira. Sungguh, tak patut manusia berputus asa karna derita yang bertubi-tubi. Serta tak layak pula dia berubah sombong bila menerima suatu keberhasilan dan kesuksesan.

(sumber : https://www.facebook.com/kisahdanartikelislami)

Kamis, 03 September 2015

Sayang Iman, Perhatikan Teman :)



“…tetapi ALLAH menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan…” (Al-Hujuraat: 7)
Teman, semoga di hati kita selalu ada iman. Karena tidak semua muslim itu beriman. Hanya segelintir orang yang merasakan nikmatnya iman. Perlu usaha yang sungguh-sungguh dan kontinyu untuk menjadaptkan juga mempertahankannya. Ibarat kuda liar yang harus terus diikat jika tidak ingin kuda itu lepas. Pun dengan iman, kita juga mesti mengikatnya.
Bagaimana cara mengikat dan mempertahankan iman?. Salah satunya adalah dengan senantiasa berkumpul dan berteman dengan orang-orang sholeh, karena diri akan selalu termotivasi untuk terus berbuat kebaikan maka secara otomatis kan terjaga iman itu.
Berteman dengan orang-orang beriman akan membuat hidup jadi lebih hidup, tak ada waktu yang sia-sia, tidak ada istilah mahasiswa KUPU-KUPU (Kuliah Pulang, Kuliah Pulang) yang kerjaannya di kos Cuma tidur-tiduran, bangun tidur trus makan, begitu terus setiap hari. Hidupnya biasa saja alias monotone, tidak ada cerita menarik dari hidupnya.
Berteman dengan orang-orang beriman akan membuatmu fokus dan lebih mudah untuk mewujudkan cita. Iya, karena kamu hanya akan diajak untuk ikut kegiatan yang bermanfaat, yang akan meningkatkan potensi, pengalaman, wawasan dan sejenisnya. Dan yang paling penting kita tidak akan kehilangan iman. Ingat iman itu mahal, bahkan lebih mahal dari mutiara. Tidak mampu dan tidak akan pernah bisa dibeli.
Kita tau semangat ini mengalami pasang surut yang terus menerus. Ketika dirasa semangat itu mulai surut maka segera mencari mereka (orang-orang sholeh) adalah sebuah langkah cerdas. Insya ALLAH melihat wajah mereka yang teduh, dengan senyum manis ketulusan, juga sapaan penuh kecintaan, membuat hati yang tadinya gersang serasa disirami embun suci yang menyejukkan.
Indah membersamai mereka yang ketika diawal jumpa senantiasa menunjukan perhatian mendalam, menanyakan bagaimana kabar? Dan bagaimana dengan iman?. Kemudian ia kan dengan seksama menyimak segala curahan hati kita.
          Itu sedikit gambaran saja tentang hangatnya kebersamaan dengan orang-orang beriman. Mengenal mereka yakin membuat kecanduan untuk bersama teus-terusan. Yuk perhatikan dengan siapa sekarang kita berteman. Sayang Iman, Perhatikan Teman J
By. Kasrina Nursyahraini

Selasa, 14 Januari 2014

DDU (Dahsyat Dakwah Ukhuwah)




DDU (Dahsyat Dakwah Ukhuwah)
Dakwah dan ukhuwah adalah dua hal yang tak boleh terpisah. Karena ia merupakan kekuatan terbesar untuk menggerakkan roda perjuangan. Tak akan mampu dakwah ini dijalankan hanya seorang diri. Sehingga ukhuwah menjadi suatu keniscayaan bagi dakwah.
Itulah mengapa Rasulullah saw ketika di Madinah memulai sejarah peradaban islam dengan mempersaudarakan para sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Beliau sangat paham bahwa misi menghapus kejahiliyahan dan menegakkan kalimat Tauhid adalah tugas yang memerlukan tenaga ekstra. Akan banyak pertentangan dan perlawanan yang diterima, maka membangun benteng ukhuwah yang kokoh sejak awal adalah strategi jitu untuk mempertahankan konsistensi. Dan ukhuwah senantiasa meleburkan segalanya sehingga timbul rasa saling memiliki, tak rela kehilangan satu sama lain, dan itu semua memicu lahirnya kekuatan dahsyat.
Kekuatan ini begitu tergambar dalam sengitnya perang badar. Peperangan yang tidak hanya menguji fisik namun juga mental. Betapa tidak, dapat dibayangkan bagaimana sulitnya berada di posisi yang sangat dilematis ketika itu, antara memilih keluarga atau ALLAH dan Rasul-Nya yang telah terlanjur di taati sepenuhnya semenjak hidayah itu menembus hati mereka satu persatu. Saat itu, seorang anak harus rela membunuh ayah, paman dan saudara sedarah mereka. Namun, totalitas keimanan membuat mereka tegar membersamai ALLAH, Rasul-Nya dan orang-orang beriman.
Ya, persaudaraan karena iman telah mengalahkan persaudaraan sedarah sekalipun. Maka inilah kekuatan dahsyat itu yang terus menyemangati jiwa-jiwa perindu tegaknya Islam di muka bumi. Menyongsong kemenangan dakwah dengan kekuatan dahsyat ukhuwah membuat perjalanan ini terasa indah. Karena kekuatan yang berbentuk iman ini, bersumber dari Pemilik kekuatan Ter-Besar yang takkan terkalahkan.
Di dalam Al-Qur’an yang mulia ALLAH SWT berfirman, “Dan ALLAH yang mempersatukan hati para hamba beriman. Jikapun kau nafkahkan perbendaharaan bumi seluruhnya untuk mengikat hati mereka, takkan bisa kau himpunkan hati mereka. Tetapi ALLAH-lah yang telah menyatupadukan mereka…” (Q.S. Al-Anfaal: 63)
Kunci kekuatan ini sekali lagi adalah iman. Maka memelihara kestabilan iman menjadi hal yang sangat urgen bagi para aktivis dakwah dalam mempertahankan kekuatan dahsyat itu. Karena ukhuwah, senantiasa berbanding lurus dengan iman. Ketika iman melemah maka tidak perlu heran jika ikatan ukhuwahpun merenggang dan begitupun sebaliknya.
Kepada para pelopor kebangkitan islam, khususnya ikhwah di MT An-Nahl, kita memang tidak sehebat para sahabat dahulu, mereka memang generasi terbaik yang telah menggoreskan tinta emas kemenangan islam. Namun ikhwah, kita tentu masih yakin dengan janji ALLAH bahwa islam akan kembali jaya suatu saat nanti. Pastikan bahwa kita termasuk di dalam orang-orang yang memiliki andil terhadap kejayaan islam. Agar kita tidak malu ketika menghadap ALLAH di akhirat kelak dan bahkan dengan PD (Percaya Diri) akan mengatakan pada-Nya bahwa kita telah mempersembahkan usaha-usaha terbaik kita dalam menegakkan agama-Nya.
Memastikan diri untuk tetap istiqomah di jalan indah ini adalah dengan tetap menjaga ukhuwah islamiyah diantara kita. Kita membutuhkan saudara yang terus mengingatkan dan menguatkan azzam yang suatu saat mungkin goyah, menyemangati dikala jiwa lelah dan pasrah. Bahkan adanya saudara kita, semoga mengantarkan pada keberuntungan yang dijanjikan ALLAH dalam surat Al-Ashr, yaitu mereka yang beramal shaleh dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.
Segala perbedaan semoga tidak menjadi penghambat mengupayakan ukhuwah, namun berusaha untuk meyocokkan ukuran-ukuran yang tidak sesuai sehingga dapat saling melengkapi. Acuhkan keegoisan yang akan menghancurkan semangat kebersamaan. Tetap teguh dan bersabar menjalani amanah dakwah ini, karena sabar sangat dekat dengan kemenangan.
Semoga kader MT An-Nahl semakin solid ^_^
(To be continued…)
By: Kasrina Nursyahraini (Co. Keputrian MT An-Nahl)

Senin, 13 Januari 2014

STOP MENJADI MAHASISWA



STOP MENJADI MAHASISWA.
Sebenarnya mahasiswa itu siapa sih???
Apakah hanya seorang akademisi yang kerjanya hanya belajaaar  saja, dengan cita-cita tertinggi mendapat IP 4? Mengumpulkan piala-piala dengan memenangkan berbagai lomba?
Apakah benar seperti itu kriteria seorang mahasiswa? Jika ia, apakah seperti itu mahasiswa ideal?
Dan apakah kita termasuk mahasiswa yang ideal???
Well, menurut saya, mahasiswa adalah seorang yang mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dari pelajar, dengan system pendidikan  yang berbeda pula, dan tentu ada gol yang diinginkan dari lahirnya seorang mahasiswa. Ya, sebuah gol yang berisi keinginan dan harapan dari mayarakat agar mereka yang berpendidikan itu nantinya dapat tampil di depan dan menjadi pengayom dan pembela setia bagi masyarakat yang tertindas. Mahasiswa itu, harus peka dengan kondisi sekelilingnya, jangan hanya bisa belajar, belajar dan belajar. Belajar memang penting, namun bukan sekedar itu tugas mahasiswa. Ia seharusnya menjadi sosok yang peduli dan pemberani dalam menegakkan kebenaran. Namun ternyata di era ini, sangat sulit untuk menjumpai sosok mahasiswa ideal seperti yang digambarkan di atas. Dan sayangnya lagi, kekosongan ini terjadi pada kondisi yang sedang amburadul seperti saat ini.
Sepertinya, kita sangat paham bagaimna kondisi Negara kita pada saat ini, kita tahu bagaimna gelagat para pejabat yang dengan entengnya mendominasi Negara tercinta ini, dengan  mengatasnamakan kepentingan masysrakat. Tapi kenyataanya justru mereka memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan p ribadi, sangat sedikit yang memihak pada masyarakat. Mereka membuat kebijakan, dengan alibi untuk kebaikan Negara, untuk kesejahteraan masyrakat, tapi apa yang terjadi, kenyataanya jauh dari semua janji-janji palsu itu.
Lihatlah semua masalah itu kawan, buka mata lebar-lebar bahwa kita sedang berada di tengah kekacauan yang semakin memburuk, dan kita tidak mungkin lari dari semua ini.
Dengan realita yang sangat dilematis seperti ini, lalu apa seharusnya tindakan kaum intelektual bernama mahasiswa?
Di manakah peran mahasiswa terhadap semua permasalahn ini?????
Cobalah, tanyakan pada diri, apa yang bisa kita perbuat sebagai bentuk kepedulian yang mendalam, untuk mencoba menemukan solusi terhadap semua kekacauan ini?
Permasalahan-permasalahan yang sangat membuat resah dan kesedihan bagi masyarakat.
Buka hati kita, cobalah untuk lebih peka!!!

Tidakkah kita miris melihat para orangtua yang begitu sulit mencari celah mencari rezki untuk kehidupan keluargnya???
Para anak-anak yang mereka tidak bisa leluasa mendapatkan apa yang memang seharusnya mereka dapatan?
Masyarakat yang sedang kebingungan, tak punya daya untuk berbuat apa-apa dan hampir putus asa, berharap akan ada sosok yang dengan gagah datang membela, membawa pencerahan, dan mewujudkan keadilan yang selama ini hanya mampu dihadirkan dibenak mereka sebgai angan-angan belaka.
Mirisss kawan. Tidakkah engkau gerah dengan semua ini???
Mau tidak mau, KITAlah… ya, KITA sebagai mahasiswa yang katanya kaum intelek, sangat berpendidikan dan tau banyak hal untuk mewujudkan angan-angan mereka yang nyaris pupus. Bayangkan bagaiman menderitanya mereka jika mimpi itu benar-benar pupus. Karena kemiskinan yang sesungguhnya, bukanlah miskin harta, namun kemiskinan yang sejati adalah tidak memilik harapan. Maka saya katakan kepada kalian, STOP MENJADI MAHASISWA jika masih tidak peduli dengan semua ini. Tolong, STOP MENJADI MAHASISWA YANG APATIS!!!
Kitalah penggerak itu!!!
Orang yang hidup hanya untuk dirinya senidri, hanya untuk memikirkan kebahagiaan dirinya saja, maka ia akan mati sebagai orang yang kerdil. Karena dia tidak sedikitpun memberi manfaat bagi orang lain. Dan, orang-orang yang selama hidupnya mau memikirkan kondisi orang lain, mencoba untuk memberi manfaat bagi sekitarnya, sekecil apapun itu, maka ia akan mati sebagai orang besar. Mereka akan terus dikenang atas segala manfaat yang telah mereka tebarkan. cinta dan kesan yang mendalam akan membekas di hati orang banyak.
Ya, wajar saja jika Rasulullah saw bersabda, “Khoirunnas Anfa uhum linnas”, bahwa SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN.
Selayaknya kitalah sebagia mahasiswa yang menjadi pioneer terdepan dalam hal kebermanfaatan itu, karena berbagai kelebihan yang ALLAH anugerahkan kepada kita MAHAISWA.
Mari kita berkompetisi untuk menjadi pembawa manfaat ulung. Jangan hanya berkompetisi dalam hal akademik saja, yang manfaatnya mungkin hanya kau yang merasakan.
Kobarkan semangat bermanfaat mu, wahai MAHASISWA!!!
HIDUP MAHASISWA!!!

By. KasrinaNursyahraini( Co. Keputrian MT An-Nahl 2013/2014)